Hari Ke-3 yang Sangat Berkesan

oleh: Adinda Nurul Yasmin (1)

Pada tangggal 22 – 27 Januari 2018, angkatan Heksadasa Darmantya Brahwalaga mengikuti kegiatan studi lapangan yang diadakan di Surabaya, Malang dan Batu. Banyak kegiatan yang kami lakukan selama 6 hari tersebut. Di antaranya adalah naik kereta selama kurang lebih 10 jam dari Stasiun Gambir menuju Stasiun Pasar Turi, mengunjungi ARMATIM, mengunjungi pabrik Maspion, datang ke berbagai universitas negeri seperti Universitas Airlangga dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember, dan yang tidak kalah menginspirasinya kami datang ke SMA Selamat Pagi Indonesia di daerah Batu, serta mengunjungi Museum Angkut, Museum Tubuh dan Batu Night Spectacular.

Pengalaman yang paling berkesan menurut saya pribadi adalah pada hari ke 3, yaitu saat kami mengunjungi Bromo dan beberapa area wisata lainnya di sekitarnya. Malam sebelum berangkat menuju Bromo, kami sudah diingatkan bahwa kami harus sudah berkumpul di lobby pada pukul 11.30 untuk segera naik ke elf. Pada pukul 11 malam, setiap kamar seharusnya di  telepon untuk mengingatkan agar kami dapat bersiap-siap. Namun, telepon di kamar yang saya tempati bersama tiga orang teman saya yang lain yaitu Aqila, Kalisha dan Mayo ternyata rusak, sehingga kami tidak mendapatkan informasi untuk bersiap-siap itu, dan kami yang sudah tertidur dengan kaget dibangunkan oleh teman-teman dari kamar sebelah, Roidah, Andari, Nindya dan Hana. Setelah bersiap-siap dalam waktu yang amat singkat, kami semua segera menuju lobby yang ternyata sudah ramai oleh teman seangkatan. Sebelum masuk ke elf, kami diberi box yang berisi makanan yang saya tidak sempat makan dan akhirnya saya tinggal di elf untuk saya ambil lagi, namun saat saya kembali ke elf di akhir perjalanan, box-box makanan tersebut sudah tidak ada. Perjalanan dari hotel tempat kami menginap menuju Bromo ternyata masih sangat panjang, kira-kira masih sekitar 3-4 jam. Selama perjalanan di elf, beberapa orang ada yang saling mengobrol namun saya memilih untuk melanjutkan tidur saya. Jalanan yang tidak rata membuat saya berulang kali kembali terbangun karena guncangan yang cukup keras, leher saya juga sakit karena posisi duduk di elf yang kurang nyaman.

Kurang lebih pada pukul 3 pagi, kami sampai pada tempat di mana kami harus berganti alat transportasi menjadi jeep, karena medan yang lebih sulit lagi menuju ke tempat kami akan melihat sunrise . Baru saja menginjakan kaki keluar dari elf, udara dingin yang disertai dengan gerimis dan angin yang amat kencang menerpa kami semua. Jaket angkatan, scarf, kaos kaki dan sarung tangan serta bermacam lapis pakaian yang sengaja dipakai untuk melindungi diri dari dingin sepertinya tidak mempan. Karena suasana yang gelap, untuk menemukan jeep yang sudah ditentukan di buku panduan menjadi semakin sulit. Pada akhirnya, saya menemukan juga jeep dengan nomor 31 yang memang seharusnya saya tumpeng bersama beberapa teman saya diantaranya adalah Agnes, Akila, Andari dan Nindya. Perjalanan menuju tempat sunrise rupanya masih jauh juga. Selama di perjalanan, hujan menjadi semakin lebat dan saya menjadi semakin yakin bahwa sunrise tidak akan mungkin terlihat jika hujan terus turun.

Benar saja, saat jeep kami berhenti di tempat yang dituju, hujan masih turun walaupun sudah cukup mereda daripada saat di perjalanan. Dari tempat jeep kami parkir, tempat melihat sunrise masih harus menanjak lagi. Karena semua orang turun, saya juga ikut turun, penasaran ingin melihat apa yang ada di atas. Rupanya di atas terdapat warung-warung yang menjual minuman panas dan mie instan, serta apa yang seharusnya menjadi pemandanga hanya ada langit hitam. Saya terpaksa harus mengeluarkan uang sebanyak 20.000 yang menurut saya cukup mahal, untuk membeli jas hujan plastik dikarenakan hujan yang tidak juga berhenti dan saya tidak ingin pakaian saya ikut basah yang menyebabkan saya akan semakin kedinginan. Kami memiliki beberapa tugas yang sebenarnya harus dilakukan di sini, di antaranya adalah mewawancari suku Tengger. Namun, karena situasi yang tidak mendukung, banyak dari kami yang tidak melakukannya. Saya dan teman saya Agnes terpisah dari teman-teman yang lain. Setelah mencoba menunggu di salah satu warung untuk mencari teman kami yang lain, kami akhirnya memutuskan untuk turun dan kembali ke jeep untuk mencoba menghangatkan badan. Perjalanan turun ke tempat parkir jeep cukup sulit karena banyaknya ojek yang berlalu lalang dan keadaan yang masih juga gelap. Sesampainya kami di jeep, kami menunggu teman-teman yang lain sambil mengobrol.

Setelah gagal melihat sunrise dan teman-teman yang lain sudah berkumpul, kami turun menuju ke tempat-tempat wisata di sekitar Bromo. Yang pertama adalah area Kawah Bromo. Di sana, beberapa teman kami ada yang menaiki kuda dan sebagian lainnya hanya berfoto dengan pemandangan yang cukup indah. Setelah itu, kami menuju ke area selanjutnya, yaitu Bukit Teletubbis. Persis seperti namanya, area ini terdiri dari beberapa bukit dengan hamparan rumput hijau. Selama kurang lebih 30 menit kami dipersilakan berfoto di area ini sebelum akhirnya kembali menaiki jeep untuk menuju ke area wisata terakhir, yaitu Pasir Berbisik. Saya awalnya tidak mau turun dari jeep di area ini karena udara yang dingin dan saya pikir pemandangannya tidak akan berbeda dari dua area sebelumnya. Namun karena ajakan beberapa teman saya, akhirnya saya turun juga dan berfoto selama beberapa menit sebelum saya akhirnya memilih untuk kembali ke jeep.


Pada sekitar pukul 11 , kami tiba di tempat elf parkir. Kami kembali berganti transportasi untuk menuju tempat makan siang. Setelah makan siang dan beberapa dari kami berganti pakaian karena basah, kami segera kembali ke elf untuk melanjutkan perjalanan ke tempat membeli oleh-oleh. Jarak dari restoran tempat kami makan siang dan tempat membeli oleh-oleh cukup jauh, sekitar 2 jam. Saya memilih untuk kembali tinggal di elf ketika kami tiba di tempat yang dituju dan tidak turun untuk membeli oleh-oleh karena ketika saya menanyakan apakah ada barang yang orang tua saya inginkan untuk saya beli sebagai oleh-oleh, mereka tidak mau apapun. Kami cukup lama berhenti di tempat oleh-oleh tersebut, karena selain menunggu teman-teman berbelanja oleh-oleh, rupanya guru-guru yang lebih banyak berbelanja sehingga ada beberapa dari mereka yang memilih untuk ditinggal oleh elf agar para siswa bisa kembali ke hotel terlebih dahulu dan akan menyusul menggunakan kendaraan taksi online. Saya sangat ingin kembali ke hotel untuk mandi dan beristirahat karena pada saat itu, saya sudah sangat lelah. Walaupun hari ke 3 ini sangat melelahkan, saya merasa pengalaman yang saya dapatkan hari itu sangat berharga dan banyak sekali momen yang kami abadikan hari itu. 

Sekian cerita dari saya mengenai pengalaman yang berkesan di studi lapangan. Terima kasih. 



Comments

Popular posts from this blog

Kunjungan Asik Ke Bromo

Hari Paling Berkesan Saat Studi Lapangan

TUGU PROKLAMASI