Museum Naskah Proklamasi
Oleh: Rininta Ayurianti
Pada masa Kebangkitan Nasional Bangsa Indonesia mulai menyadari pentingnya arti persatuan dan kesatuan dalam mencapai cita-cita Indonesia Merdeka. Sebagai manifestasi persatuan dan kesatuan itu, maka pada 28 Oktober 1928 Pemuda se-lndonesia mengadakan satu ikrar bersama, yaitu Sumpah Pemuda. Berkat kekuatan nasionalisme yang melekat pada diri Bangsa Indonesia, akhirnya cita-cita mewujudkan kemerdekaan dapat dicapai pada 17 Agustus 1945. Ada satu peristiwa yang terjadi sebelum Proklamasi 17 Agustus 1945, yaitu Perumusan Naskah Proklamasi yang dilaksanakan di gedung bekas kediaman Laksamana Tadashi Maeda di Jalan Meiji Dori (sekarang Jalan Imam Bonjol No.1). Peristiwa tersebut merupakan salah satu rangkaian sejarah yang sangat penting bagi Bangsa Indonesia karena disinilah awal berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Gedung tempat Perumusan Naskah Proklamasi, sekarang ini dijadikan Museum Perumusan Naskah Proklamasi karena lokasi dan gedung itu mempunyai nilai sejarah yang sangat penting bagi Bangsa Indonesa dalam kaitannya dengan penyusunan naskah proklamasi.
Foto tersebut menggambarkan dini hari sekitar pukul 02.00 pada tanggal 17 Agustus 1945, suasana ramai di rumah Laksamana Tadashi Maeda masih belum sirna. Tokoh-tokoh Indonesia seperti Soekarno, Mohammad Hatta, Ahmad Soebardjo, Sukarni, Burhanuddin Muhammad Diah berkumpul di ruang makan rumah Maeda. Mereka duduk membicarakan ikhwal kemerdekaan Indonesia yang bakal diproklamirkan pada pagi hari.
Soekarno menuliskan teks proklamasi menggunakan tangan dan Hatta mendiktekan kata-kata untuk naskah. Waktu itu, naskah proklamasi diketik ulang oleh Sayuti Malik berdasarkan tulisan tangan Soekarno. Setelah naskah proklamasi selesai diketik, Soekarno dan Hatta lantas pergi ke Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56. Tepat pukul 10.00 WIB, proklamasi kemerdekaan didengungkan oleh Soekarno sebagai tanda lepasnya Indonesia dari tangan penjajah.
Rumah Laksamana Maeda, seorang Kepala Kantor Penghubung antara Angkatan Laut dengan Angkatan Darat Jepang menyisakan cerita sejarah kemerdekaan Indonesia. Di sanalah, naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia diketik menggunakan mesin tik hasil pinjaman. Bekas rumah Laksamana Maeda saat ini menjadi Museum Perumusan Naskah Proklamasi terletak di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Lokasinya terletak di Jalan Imam Bonjol Nomor 1.
Bangunan dua lantai bergaya arsitektur art deco tersebut dirancang oleh seorang arsitek Belanda bernama J.F.L Blankenberg. Dulunya, bangunan seluas 1.138 meter persegi yang berdiri di tanah seluas 3.914 meter persegi. Lantai pertama, terbujur meja dan kursi tamu tempat Maeda menerima Soekarno, Hatta, dan Ahmad Soebardjo, setibanya mereka dari Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945 pukul 22.00 WIB. Di sebelah ruang pertemuan, ada meja makan tempat dirumuskannya naskah Proklamasi.
Ada tiga patung lilin tiruan sosok Soekarno, Hatta dan Ahmad Soebardjo tengah berembuk merumuskan naskah Proklamasi. Masih di ruang tengah, ada replika naskah Proklamasi tulisan Soekarno dalam ukuran jumbo, yang dibingkai kaca tebal dan dipajang di dinding. Terletak sejajar dengan pintu masuk, ada satu ruangan kecil di bawah tangga, tempat Sayuti Melik ditemani BM Diah mengetik naskah Proklamasi yang sudah disetujui oleh para hadirin perumus naskah. Di sebelah kirinya, ada tangga menuju ke lantai dua.
Kesan vintage begitu kental di bekas rumah Laksamana Maeda. Salah satu hal yang paling membedakan adalah lantai yang masih tegel berwarna abu-abu. Kontras dengan lantai keramik yang biasa digunakan pada saat ini. Pada lantai dua bekas rumah Maeda, terpajang benda-benda koleksi museum, dari berupa dokumentasi, kertas, buku, pita kaset, kain, pakaian, dan juga piagam. Ada pula kamar mandi di ujung ruangan dengan corak dan komposisi yang sama dengan bagian kanan serta tengah ruangan lantai dua. Pintunya selalu terbuka. Di bagian belakang rumah, terdapat halaman dan taman yang asri. Ada pula dua lubang seukuran sekitar 1,5 meter x 1 meter di sisi kiri taman, satu lubang tersebut merupakan bungker rahasia. Sedangkan satu lubangnya lagi merupakan ventilasi dari bungker.
Setelah terjadinya peristiwa penculikan Ir Soekarno dan Moh Hatta ke Rengasdengklok, pada tanggal yang sama yaitu 16 Agustus 1945 pada pukul 23.00 tengah malam. Rombongan Bung Karno dan Bung Hatta tiba di Jakarta. Lalu mereka pergi berunding di rumah Laksamana Maeda (sekarang Jalan Imam Bonjol No. 1) – Sekarang menjadi perpustakaan nasional – Alasan pergi berunding ke rumah Laksamana Maeda yaitu supaya tidak dicurigai dan karena sudah terpepet waktu. Di rumah Laksamana Maeda mereka berunding dengan anggota PPKI dan tokoh tokoh pergerakan serta para pemuda.
Sebelum melakukan perundingan, Soekarno dan Muh Hatta pergi menemui pimpinan tentara Jepang, Nishimura. Dan Nishimura berkata tidak bertanggung jawab dan menyerahkan kemerdekaan Indonesia pada Soekarno dan Muh Hatta. Dengan mengetahui hal itu, mereka mengadakan pertemuan. Soekarno, Moh Hatta, dan Ahmad Subarjo kemudian masuk di sebuah ruangan, yaitu ruang makan keluarga Maeda. Di tempat itulah proklamasi di rumuskan. Ir Soekarno, Moh Hatta, dan Ahmad Soebarjo merumuskan teks proklamasi di saksikan Sukarni, Sayuti Melik, dan B.M Diah (seorang jurnalistik).
Soekarno menulis sendiri konsep teks proklamasi tersebut, Ahmad Subarjo memberikan pemikirannya pada kalimat pertama teks proklamasi; Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan Kemerdekaan Indonesia. Diambil dari rumusan dokuritsu junbi chosakai. Lalu Moh Hatta dan Soekarno memberikan pemikirannya pada kalimat kedua; Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselengarakan dengan tjara seksama dan dalam tempoh jang sesingkat-singkatnja.
Menurut Moh Hatta bagian pemindahan kekuasaan merupakan bagian yang paling penting, karena kalimat awal pembukaan proklamasi hanya mencerminkan kemauan bangsa saja.Lalu Moh Hatta jugalah, menyempurnakan teks proklamasi. Konsep proklamasi ini di bawa ke ruang besar tempat para hadirin menunggu. Lalu Sukarni memberikan usul, yaitu perubahan wakil wakil bangsa Indonesia menjadi ,atas nama bangsa Indonesia, Soekarno – Hatta. Juga kata tempoh menjadi tempo. Lalu penulisan tanggal menjadi 17 boelan 8 tahun ’05.
Selanjutnya teks proklamasi ini di ketik oleh Sayuti Melik dengan segala usulan usulan yang telah di sepakati hadirin. Setelah teks proklamasi beres di ketik, mereka menyepakati untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia ini pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB. Tempat dan pelaksanaannya akan diadakan di Lapangan Ikada, tapi demi keamanan di ubah menjadi di Jalan Pegangsaan Timur No.56 Jakarta. Tepat di rumah Ir. Soekarno.
Sebelumnya para pemuda mengusulkan agar naskah proklamasi menyatakan semua aparat pemerintahan harus dikuasai oleh rakyat dari pihak asing yang masih menguasainya. Tetapi mayoritas anggota PPKI menolaknya dan disetujuilah naskah proklamasi seperti adanya hingga sekarang. Para pemuda juga menuntut enam pemuda turut menandatangani proklamasi bersama Soekarno dan Hatta dan bukan para anggota PPKI.
Para pemuda menganggap PPKI mewakili Jepang. Kompromi pun terwujud dengan membubuhkan anak kalimat “atas nama Bangsa Indonesia” Soekarno-Hatta. Rancangan naskah
Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang merdeka melalui perjuangan melawan penjajah. Kemerdekaan negara ini untuk pertama kali diumumkan pada, Jumat, 17 Agustus 1945, di Jakarta, setelah dibacakan teks Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia oleh Soekarno. Sejak saat itu, Indonesia resmi berdiri sebagi sebuah negara.
Penulisan dan perumusan Teks Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dilakukan pada, Kamis, 16 Agustus 1945, di sebuah rumah di Jalan Imam Bonjol No 1, Jakarta, milik seorang Perwira Angkatan Laut Jepang, bernama Laksamana Muda Tadashi Maeda. Beberapa tokoh terlibat langsung dalam perumusan maupun penulisan, di antaranya Soekarno, Hatta, Ahmad Subardjo. Meskipun pada saat itu juga hadir nama-nama tokoh, seperti Mr Teukoe Moehammad Hasan, Ki Hadjar Dewantara, R. Otto Iskandardinata, Sayuti Melik, Soekarni, BM Diah, dan beberapa tokoh lainnya.
Teks Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia hanya terdiri dari beberapa kalimat. Setiap kalimat tersebut, lahir dari pemikiran tokoh-tokoh yang terlibat langsung dalam perumusan teks bersejarah itu. Ahmad Subardjo, berperan mengusulkan konsep kalimat pertama yang berbunyi; “Kami rakyat Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan kami”, kemudian berubah menjadi “Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia”.
Soekarno, menuliskan konsep kalimat kedua yang berbunyi; “Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan, dan lain-lain akan diselenggarakan dengan cara yang secermat-cermatnya serta dalam tempo yang sesingkat-singkatnya”. Mohammad Hatta berperan menggabungkan kedua kalimat di atas dan disempurnakan sehingga berbunyi seperti teks proklamasi yang kita miliki.
Konsep dari rumusan Teks Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia itu telah ditulis oleh Soekarno dalam selembar kertas dengan menggunakan pena. (Terlihat dari hasil teks yang kini masih tersimpan di Museum Perumusan Naskah Proklamasi di Jakarta).
Teks konsep yang sudah ditulis, kemudian dibacakan oleh Soekarno di hadapan para pejuang lainnya yang hadir pada saat itu di ruang rapat yang digelar. Para hadirin kemudian menyetujui secara bulat rumusan dari pada isi teks tersebut. Selanjutnya, teks itu diserahkan Soekarno kepada Sayuti Melik untuk diketik ulang menggunakan mesin tik.
Sayuti Melik, ditemani BM Diah, mengetik naskah Proklamasi di ruangan bawah tangga dekat dapur. Dia mengetik naskah Proklamasi dengan beberapa perubahan kata: “tempoh” menjadi “tempo”, kalimat “wakil-wakil bangsa Indonesia” diganti “Atas nama Bangsa Indonesia” dengan menambahkan nama “Soekarno-Hatta”, serta “Djakarta, 17-8-05” menjadi “Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05. Teks Proklamasi Indonesia hasil dari revisi Sayuti Malik seteleh diketik ulang menggunakan mesin tik, yakni sebagai berikut:
Teks yang sudah diketik oleh Sayuti Melik itulah nantinya digunakan Seokarno pada saat pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945. Sedangkan konsep tulisan tangan Sukarno dia tinggalkan begitu saja di dekat mesin tik. Setelah naskah Proklamasi yang diketik itu dibacakan di depan rapat dan disetujui, barulah Sukarno dan Hatta membubuhkan tanda tangannya.
Berdasarkan sumber dari tempo.co dikatakan, teks proklamasi yang telah ditulis Soekarno kemudian ditinggalkan atau dibuang begitu saja oleh Sayuti Melik, selaku pengetik naskah. Hal itu juga diakui sendiri oleh Sayuti.Naskah teks proklamasi tulisan Soekarno yang asli baru diserahkan oleh Buhanuddin Mohammad Diah kepada Presiden Republik Indonesia, saat itu, Soeharto, pada tahun 1993.
Pada masa Kebangkitan Nasional Bangsa Indonesia mulai menyadari pentingnya arti persatuan dan kesatuan dalam mencapai cita-cita Indonesia Merdeka. Sebagai manifestasi persatuan dan kesatuan itu, maka pada 28 Oktober 1928 Pemuda se-lndonesia mengadakan satu ikrar bersama, yaitu Sumpah Pemuda. Berkat kekuatan nasionalisme yang melekat pada diri Bangsa Indonesia, akhirnya cita-cita mewujudkan kemerdekaan dapat dicapai pada 17 Agustus 1945. Ada satu peristiwa yang terjadi sebelum Proklamasi 17 Agustus 1945, yaitu Perumusan Naskah Proklamasi yang dilaksanakan di gedung bekas kediaman Laksamana Tadashi Maeda di Jalan Meiji Dori (sekarang Jalan Imam Bonjol No.1). Peristiwa tersebut merupakan salah satu rangkaian sejarah yang sangat penting bagi Bangsa Indonesia karena disinilah awal berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Gedung tempat Perumusan Naskah Proklamasi, sekarang ini dijadikan Museum Perumusan Naskah Proklamasi karena lokasi dan gedung itu mempunyai nilai sejarah yang sangat penting bagi Bangsa Indonesa dalam kaitannya dengan penyusunan naskah proklamasi.
Foto tersebut menggambarkan dini hari sekitar pukul 02.00 pada tanggal 17 Agustus 1945, suasana ramai di rumah Laksamana Tadashi Maeda masih belum sirna. Tokoh-tokoh Indonesia seperti Soekarno, Mohammad Hatta, Ahmad Soebardjo, Sukarni, Burhanuddin Muhammad Diah berkumpul di ruang makan rumah Maeda. Mereka duduk membicarakan ikhwal kemerdekaan Indonesia yang bakal diproklamirkan pada pagi hari.
Soekarno menuliskan teks proklamasi menggunakan tangan dan Hatta mendiktekan kata-kata untuk naskah. Waktu itu, naskah proklamasi diketik ulang oleh Sayuti Malik berdasarkan tulisan tangan Soekarno. Setelah naskah proklamasi selesai diketik, Soekarno dan Hatta lantas pergi ke Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56. Tepat pukul 10.00 WIB, proklamasi kemerdekaan didengungkan oleh Soekarno sebagai tanda lepasnya Indonesia dari tangan penjajah.
Rumah Laksamana Maeda, seorang Kepala Kantor Penghubung antara Angkatan Laut dengan Angkatan Darat Jepang menyisakan cerita sejarah kemerdekaan Indonesia. Di sanalah, naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia diketik menggunakan mesin tik hasil pinjaman. Bekas rumah Laksamana Maeda saat ini menjadi Museum Perumusan Naskah Proklamasi terletak di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Lokasinya terletak di Jalan Imam Bonjol Nomor 1.
Bangunan dua lantai bergaya arsitektur art deco tersebut dirancang oleh seorang arsitek Belanda bernama J.F.L Blankenberg. Dulunya, bangunan seluas 1.138 meter persegi yang berdiri di tanah seluas 3.914 meter persegi. Lantai pertama, terbujur meja dan kursi tamu tempat Maeda menerima Soekarno, Hatta, dan Ahmad Soebardjo, setibanya mereka dari Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945 pukul 22.00 WIB. Di sebelah ruang pertemuan, ada meja makan tempat dirumuskannya naskah Proklamasi.
Ada tiga patung lilin tiruan sosok Soekarno, Hatta dan Ahmad Soebardjo tengah berembuk merumuskan naskah Proklamasi. Masih di ruang tengah, ada replika naskah Proklamasi tulisan Soekarno dalam ukuran jumbo, yang dibingkai kaca tebal dan dipajang di dinding. Terletak sejajar dengan pintu masuk, ada satu ruangan kecil di bawah tangga, tempat Sayuti Melik ditemani BM Diah mengetik naskah Proklamasi yang sudah disetujui oleh para hadirin perumus naskah. Di sebelah kirinya, ada tangga menuju ke lantai dua.
Kesan vintage begitu kental di bekas rumah Laksamana Maeda. Salah satu hal yang paling membedakan adalah lantai yang masih tegel berwarna abu-abu. Kontras dengan lantai keramik yang biasa digunakan pada saat ini. Pada lantai dua bekas rumah Maeda, terpajang benda-benda koleksi museum, dari berupa dokumentasi, kertas, buku, pita kaset, kain, pakaian, dan juga piagam. Ada pula kamar mandi di ujung ruangan dengan corak dan komposisi yang sama dengan bagian kanan serta tengah ruangan lantai dua. Pintunya selalu terbuka. Di bagian belakang rumah, terdapat halaman dan taman yang asri. Ada pula dua lubang seukuran sekitar 1,5 meter x 1 meter di sisi kiri taman, satu lubang tersebut merupakan bungker rahasia. Sedangkan satu lubangnya lagi merupakan ventilasi dari bungker.
Setelah terjadinya peristiwa penculikan Ir Soekarno dan Moh Hatta ke Rengasdengklok, pada tanggal yang sama yaitu 16 Agustus 1945 pada pukul 23.00 tengah malam. Rombongan Bung Karno dan Bung Hatta tiba di Jakarta. Lalu mereka pergi berunding di rumah Laksamana Maeda (sekarang Jalan Imam Bonjol No. 1) – Sekarang menjadi perpustakaan nasional – Alasan pergi berunding ke rumah Laksamana Maeda yaitu supaya tidak dicurigai dan karena sudah terpepet waktu. Di rumah Laksamana Maeda mereka berunding dengan anggota PPKI dan tokoh tokoh pergerakan serta para pemuda.
Sebelum melakukan perundingan, Soekarno dan Muh Hatta pergi menemui pimpinan tentara Jepang, Nishimura. Dan Nishimura berkata tidak bertanggung jawab dan menyerahkan kemerdekaan Indonesia pada Soekarno dan Muh Hatta. Dengan mengetahui hal itu, mereka mengadakan pertemuan. Soekarno, Moh Hatta, dan Ahmad Subarjo kemudian masuk di sebuah ruangan, yaitu ruang makan keluarga Maeda. Di tempat itulah proklamasi di rumuskan. Ir Soekarno, Moh Hatta, dan Ahmad Soebarjo merumuskan teks proklamasi di saksikan Sukarni, Sayuti Melik, dan B.M Diah (seorang jurnalistik).
Soekarno menulis sendiri konsep teks proklamasi tersebut, Ahmad Subarjo memberikan pemikirannya pada kalimat pertama teks proklamasi; Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan Kemerdekaan Indonesia. Diambil dari rumusan dokuritsu junbi chosakai. Lalu Moh Hatta dan Soekarno memberikan pemikirannya pada kalimat kedua; Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselengarakan dengan tjara seksama dan dalam tempoh jang sesingkat-singkatnja.
Menurut Moh Hatta bagian pemindahan kekuasaan merupakan bagian yang paling penting, karena kalimat awal pembukaan proklamasi hanya mencerminkan kemauan bangsa saja.Lalu Moh Hatta jugalah, menyempurnakan teks proklamasi. Konsep proklamasi ini di bawa ke ruang besar tempat para hadirin menunggu. Lalu Sukarni memberikan usul, yaitu perubahan wakil wakil bangsa Indonesia menjadi ,atas nama bangsa Indonesia, Soekarno – Hatta. Juga kata tempoh menjadi tempo. Lalu penulisan tanggal menjadi 17 boelan 8 tahun ’05.
Selanjutnya teks proklamasi ini di ketik oleh Sayuti Melik dengan segala usulan usulan yang telah di sepakati hadirin. Setelah teks proklamasi beres di ketik, mereka menyepakati untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia ini pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB. Tempat dan pelaksanaannya akan diadakan di Lapangan Ikada, tapi demi keamanan di ubah menjadi di Jalan Pegangsaan Timur No.56 Jakarta. Tepat di rumah Ir. Soekarno.
Sebelumnya para pemuda mengusulkan agar naskah proklamasi menyatakan semua aparat pemerintahan harus dikuasai oleh rakyat dari pihak asing yang masih menguasainya. Tetapi mayoritas anggota PPKI menolaknya dan disetujuilah naskah proklamasi seperti adanya hingga sekarang. Para pemuda juga menuntut enam pemuda turut menandatangani proklamasi bersama Soekarno dan Hatta dan bukan para anggota PPKI.
Para pemuda menganggap PPKI mewakili Jepang. Kompromi pun terwujud dengan membubuhkan anak kalimat “atas nama Bangsa Indonesia” Soekarno-Hatta. Rancangan naskah
Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang merdeka melalui perjuangan melawan penjajah. Kemerdekaan negara ini untuk pertama kali diumumkan pada, Jumat, 17 Agustus 1945, di Jakarta, setelah dibacakan teks Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia oleh Soekarno. Sejak saat itu, Indonesia resmi berdiri sebagi sebuah negara.
Penulisan dan perumusan Teks Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dilakukan pada, Kamis, 16 Agustus 1945, di sebuah rumah di Jalan Imam Bonjol No 1, Jakarta, milik seorang Perwira Angkatan Laut Jepang, bernama Laksamana Muda Tadashi Maeda. Beberapa tokoh terlibat langsung dalam perumusan maupun penulisan, di antaranya Soekarno, Hatta, Ahmad Subardjo. Meskipun pada saat itu juga hadir nama-nama tokoh, seperti Mr Teukoe Moehammad Hasan, Ki Hadjar Dewantara, R. Otto Iskandardinata, Sayuti Melik, Soekarni, BM Diah, dan beberapa tokoh lainnya.
Teks Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia hanya terdiri dari beberapa kalimat. Setiap kalimat tersebut, lahir dari pemikiran tokoh-tokoh yang terlibat langsung dalam perumusan teks bersejarah itu. Ahmad Subardjo, berperan mengusulkan konsep kalimat pertama yang berbunyi; “Kami rakyat Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan kami”, kemudian berubah menjadi “Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia”.
Soekarno, menuliskan konsep kalimat kedua yang berbunyi; “Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan, dan lain-lain akan diselenggarakan dengan cara yang secermat-cermatnya serta dalam tempo yang sesingkat-singkatnya”. Mohammad Hatta berperan menggabungkan kedua kalimat di atas dan disempurnakan sehingga berbunyi seperti teks proklamasi yang kita miliki.
Konsep dari rumusan Teks Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia itu telah ditulis oleh Soekarno dalam selembar kertas dengan menggunakan pena. (Terlihat dari hasil teks yang kini masih tersimpan di Museum Perumusan Naskah Proklamasi di Jakarta).
Teks konsep yang sudah ditulis, kemudian dibacakan oleh Soekarno di hadapan para pejuang lainnya yang hadir pada saat itu di ruang rapat yang digelar. Para hadirin kemudian menyetujui secara bulat rumusan dari pada isi teks tersebut. Selanjutnya, teks itu diserahkan Soekarno kepada Sayuti Melik untuk diketik ulang menggunakan mesin tik.
Sayuti Melik, ditemani BM Diah, mengetik naskah Proklamasi di ruangan bawah tangga dekat dapur. Dia mengetik naskah Proklamasi dengan beberapa perubahan kata: “tempoh” menjadi “tempo”, kalimat “wakil-wakil bangsa Indonesia” diganti “Atas nama Bangsa Indonesia” dengan menambahkan nama “Soekarno-Hatta”, serta “Djakarta, 17-8-05” menjadi “Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05. Teks Proklamasi Indonesia hasil dari revisi Sayuti Malik seteleh diketik ulang menggunakan mesin tik, yakni sebagai berikut:
Teks yang sudah diketik oleh Sayuti Melik itulah nantinya digunakan Seokarno pada saat pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945. Sedangkan konsep tulisan tangan Sukarno dia tinggalkan begitu saja di dekat mesin tik. Setelah naskah Proklamasi yang diketik itu dibacakan di depan rapat dan disetujui, barulah Sukarno dan Hatta membubuhkan tanda tangannya.
Berdasarkan sumber dari tempo.co dikatakan, teks proklamasi yang telah ditulis Soekarno kemudian ditinggalkan atau dibuang begitu saja oleh Sayuti Melik, selaku pengetik naskah. Hal itu juga diakui sendiri oleh Sayuti.Naskah teks proklamasi tulisan Soekarno yang asli baru diserahkan oleh Buhanuddin Mohammad Diah kepada Presiden Republik Indonesia, saat itu, Soeharto, pada tahun 1993.

Comments
Post a Comment