Museum Sasmitaloka Jenderal Ahmad Yani

Oleh: Andari Pramesti
XI IPS 1 / 4

Museum Sasmitaloka Jendral Ahmad Yani



Museum Sasmitaloka Ahmad Yani atau yang biasa di kenal Museum Sasmita Loka Pahlawan Revolusi Jenderal TNI Ahmad Yani, terletak di pojok Jl Lembang 58 dan Jl Latuharhari 85, Menteng, Jakarta Pusat. Tempat ini tidak lain adalah rumah kediaman dari Pahlawan Revolusi Jenderal Ahmad Yani yang sekarang beralih fungsi menjadi museum. Rumah ini merupakan saksi bisu dari kekejaman PKI atau yang dikenal Tragedi G30S PKI. .
             Sebelum menjadi museum, bangunan ini merupakan tempat tinggal Jenderal Ahmad Yani di saat-saat terakhir menjabat menteri sekaligus panglima TNI Angkatan Darat. Rumah ini sudah ditempati semenjak beliau berpangkat Letnan Kolonel Infanteri. Pendirian Sasmitaloka Pahlawan Revolusi Ahmad Yani mengandung makna sebagai tempat di mana semangat juang, jasa, dan pengabdian terhadap bangsa dan negara, maupun dalam pengabdian membela, mempertahankan serta menegakkan Pancasila dan UUD 1945, terutama terhadap usaha-usaha PKI yang hendak mengkomuniskan Indonesia.
            Museum Sasmitaloka Ahmad Yani diresmikan pada 1 Oktober 1966 oleh Menpangad Mayjen Soeharto setelah Ibu Ahmad Yani dan putera-puterinya menyerahkan rumah dan isinya kepada negara. Gedung ini dibangun sekitar tahun 1930 dan merupakan rumah pejabat swasta Belanda dan sejak tahun 1950 dikelola Dinas Perumahan Tentara.
            Bagian depan museum yang menghadap ke Jl Laturharhari terdapat patung Jendral Ahmad Yani. Lalu terdapat mobil sedan dengan merek Chevrolet berwarna biru yang digunakan Jendral Ahmad Yani. Semasa beliau hidup, Jendral Ahmad Yani selalu berseberangan dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). Ia menolak keinginan PKI untuk membentuk dan mempersenjatai angkatan kelima yang merupakan buruh dan tani. Maka itu, beliau merupakan salah satu sasaran dalam tragedi G30SPKI.
            Ruangan pertama yang dikunjungi adalah ruangan dokumentasi. Dimana dulunya ini adalah ruangan belakang keluarga yang biasanya di ruangan ini digunakan oleh para pengawal Jenderal Ahmad Yani beristirahat. Disini juga tempat Jendral Ahmad Yani bertemu dengan para penculiknya. Di ruangan ini, pengunjung bisa melihat berbagai foto dokumentasi sewaktu Jenderal Ahmad Yani masih berdinas seperti pada saat penyerahan kota Magelang dari Belanda kepada Indonesia yang diwakili Lektol Van Santen kepada Letkol Ahmad Yani, lalu terdapat foto inspeksi pasukan Kodam VI/Siliwangi dan saat melakukan kunjungan kerja ke Russia. Di ruangan dokumentasi ini juga terdapat foto-foto kronologis penculikan Jenderal Ahmad Yani yang diambil dari cuplikan film “Penumpasan Pengkhianatan G30S/PKI” lalu foto setelah kejadian penculikan, foto penggalian jenazah pahlawan Revolusi pada 4 Oktober 1965 dan foto pemakaan para pahlawan revolusi di Taman Makam Pahlawan Kalibata di Jakarta Timur pada 5 Oktober 1965 dan tentunya terdapat foto-foto Jenderal Ahmad Yani berserta keluarganya. Setelah dari ruangan dokumentasi, terdapat ruangan kecil yang bernama ruangan pahlawan revolusi. Di ruangan ini terdapat benda-benda koleksi pahlawan revolusi seperti baju seragam dinas dan beberapa barang pribadi milik pahlawan revolusi lainnya.
            Sebelum masuk ke ruangan berikutnya, pengunjung akan melihat sebuah pintu yang kacanya berlubang akibat peluru. Di pintu ini lah Jenderal Ahmad Yani ditembak oleh para pasukan cakrabirawa akibat beliau menolak dijemput paksa dan memukul salah seorang cakrabirawa yang berbuat kasar terhadap beliau.
            Terdapat foto-foto pahlawan revolusi pada dinding ruang makan Museum Sasmita Loka Ahmad Yani Jakarta. Ruangan ini terbagi menjadi dua yaitu ruang makan keluarga dan ruang mini bar untuk menjamu tamu asing yang berkunjung. Adapun koleksi meja, kursi yang biasa digunakan Jenderal Ahmad Yani untuk bersantai dan juga koleksi cangkir dan piring. Juga terdapat televisi kuno yang digunakan. Di ruangan ini pula Jenderal Ahmad Yani tertembak dan terjatuh setelah ditembak oleh pasukan cakrabirawa. Masih terdapat lukisan yang ada lubang bekas peluru. DI sebelah kanan ruang makan terdapat kutipan kata-kata Ahmad Yani "Sampai liang kubur kupertahankan Pancasila". Di lantai berbatas kayu tertulis "DI SINILAH GUGURNYA PAHLAWAN REVOLUSI DJENDRAL TNI AHMAD YANI TANGGAL 1 OKTOBER 1965 DJAM 04.35". 
Di sebelah kiri ruang makan, terdapat kamar tidur Jenderal Ahmad Yani dimana di simpan senjata otomasi Thompson Cakrabirawa yang menewaskan Jendral Ahmad Yani lengkap dengan peluru sisanya. Senjata LE Cal 7,62 buatan Cekoslovakia yang dipakan untuk membunuh TNI Anumerta S.Parman dan senjata Owengun yang digunakan untuk menembak DN Aidit dan tokoh Partai Komunis Indonesia lainnya.
            Di sudut atas ruang tidur ada bekas sambaran halilintar yang seolah menjadi pertanda bagi ibu Ahmad Yani. Dalam ruang tidur juga disimpan replica pakaian tidur lengan pendek yang digunakan Ibu Ahmad Yani untuk membersihkan lantai dari lumuran darah suaminya. Gaji terakhir bulan Oktober 1965 sebesar Rp.120.000, cincin, kacamata, keris, dan tongkat komando.
            Sedangkan ruangan kamar tidur putra-putri Jenderal Ahmad Yani yang terdiri dari 2 kamar berisi berbagai macam koleksi seperti boneka-boneka hadiah dari Jenderal Ahmad Yani ketika sedang bertugas keluar negeri untuk anak-anak perempuannya, pakaian putra-putri beliau serta perlengkapan-perlengkapan yang digunakan oleh putra-putri beliau. Selain itu terdapat juga beberapa foto-foto kenangan dan lukisan dari putra-putri Jenderal Ahmad Yani.
            Dari ruangan kamar tidur, ruangan berikutnya adalah ruangan khusus. Diberi nama ruangan khusus karena ruangan ini berfungsi selain sebagai ruang kerja, ruangan ini merupakan tempat dimana Jenderal Ahmad Yani memberikan briefing terhadap para asistennya dalam menjalankan tugasnya. Adapun beberapa benda koleksi di ruangan ini seperti lukisan “Subuh Berdarah” yaitu lukisan pada kejadian penculikan. Lalu terdapat juga foto-foto kenangan, beberapa lukisan dan furniture yang masih asli.
            Di pojok ruangan ini, Jenderal Ahmad Yani terakhir duduk di kursi yang dilapisi bantal berkain merah, seusai menerima tamu di malam hari sebelum peristiwa penculikan.
            Dari ruangan khusus, ruangan berikutnya adalah ruangan santai dimana Jenderal Ahmad Yani bersantai untuk melepas lelah sambil duduk-duduk ditemani secangkir teh hangat dan beberapa buku yang selalu dibacanya, sambil melihat anak-anaknya bermain ayunan di halaman rumah. Adapun koleksi yang ada di ruangan ini seperti foto-foto dokumentasi, kursi santai, aquarium, lukisan, stick golf, dan beberapa cinderamata lainnya.
            Dengan mengunjungi museum Sasmita Loka Jenderal Ahmad Yani, saya jadi bisa mengetahui tentang peristiwa G30S/PKI dan kronologisnya. Itu membuat saya lebih mengerti dengan sejarah Indonesia mengenai adanya organisasi yang ingin mengganti ideologi negara Republik Indonesia dari ideologi Pancasila menjadi ideologi komunis yang sangat bertentangan dengan ideologi pancasila. Saya juga bisa mengetahui suasana dan isi  yang ada di dalam rumah Jenderal Ahmad Yani.
            Hal ini memberikan saya semangat untuk terus mempelajari dan tidak melupakan sejarah Indonesia. Saya juga berharap anak-anak muda lainnya tidak melupakan sejarah Indonesia.



Comments

Popular posts from this blog

Kunjungan Asik Ke Bromo

Hari Paling Berkesan Saat Studi Lapangan

TUGU PROKLAMASI