MUSEUM SUMPAH PEMUDA


muhammad atha maulana


MuseumSumpahPemuda.jpg


Museum Sumpah Pemuda adalah sebuah museum sejarah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia yang berada di Jalan Kramat Raya No. 106, Jakarta Pusat dan dikelola oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia. Museum Sumpah Pemuda juga merupakan museum yang menempati bekas rumah Sie Kong Liong yang pernah disewa dan dijadikan asrama oleh pelajar sekolah dokter pribumi STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen). Tempat ini juga menjadi tempat pertemuan pergerakan pemuda dari dari berbagai daerah sehingga disebut juga Indonesische Clubgebouw (rumah perkumpulan Indonesia), serta menjadi tempat latihan kesenian yang dikenal dengan nama Langen Siswo.
Akhir abad XIX bangunan ini didirikan oleh Sie Kong Liong. Sejak tahun 1925 disewakan kepada para mahasiswa/I kedokteran School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA) dan Rechts Hoge School.
Tahun 1927 gedung ini digunakan oleh organisasi pemuda untuk berbagai kegiatan.Pada tahun 1928 dengan sangat berani gedung ini diberi nama Indonesische Clubgebouw dengan memasang papan nama di depan gedung.
Pada tanggal 28 Oktober 1928 gedung ini dipilih sebagai tempat Kongres Pemuda Indonesia Kedua dan menghasilkan Soempah Pemoeda. Dalam peristiwa tersebut lagu “Indonesia” diperdengarkan dengan biola untuk kali pertama oleh Wage Rudolf Soepratman. Lagu tersebut dikemudian hari menjadi “Indonesia Raya” yang ditetapkan sebagai lagu kebangsaan.
Tahun 1934-1937 Sie Kong Liong menyewakan gedung Indonesische Clubgebouw kepada Pang Tjem Jam sebagai rumah tinggal. Tahun 1937-1951 gedung tersebut disewa oleh Long Jing Tjoe dan yang bersangkutan menggunakannya sebagai toko bunga (1937-1948) dan kemudian sebagai hotel (1948-1951).
Tahun 1951-1970, Gedung Kramat 106 disewa Kantor Bea dan Cukai untuk perkantoran dan penampungan karyawannya. Atas inisiatif Prof. Mr. Soenario (Mantan Menteri Luar Negeri), gedung ini dijadikan Museum Sumpah Pemuda oleh Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Pada tahun 1973 Gedung Kramat 106 ditetapkan sebagai Museum Sumpah Pemuda dan dibuka untuk umum. Pada tahun 1979 Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta menyerahkan Museum Sumpah Pemuda kepada Pemerintah Pusat dan dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Semangat membentuk persatuan pemuda sudah tumbuh sebelum adanya kemerdekaan. Pemuda dari berbagai daerah berniat untuk melakukan suatu kongres yang menyatukan pemuda di Nusantara. Dari berbagai rapat dan pertemuan pemuda dihasilkan kesepakatan untuk mengadakan Kongres Pemuda Pertama atau dulu disebut Kerapatan Besar Pemuda. Kongres berlangsung selama tiga hari dari 30 April - 2 Mei 1926. Sayangnya ketidaksepahaman dari peserta yang hadir, kongres ini tidak menghasilkan keputusan. Karena keinginan kemerdekaan dan timbulnya kesadaran akan persatuan oleh golongan-golongan daerah maka diadakan kongres kedua.
Pada Tanggal 24 Oktober 1928, panitia acara Kongres Pemuda Kedua mengumumkan tempat, waktu dan acara Kongres Pemuda Kedua. Berikut adalah ricinannya:
RAPAT PERTAMA
malam Minggu 27 Oktober 1928 mulai pukul 07.30-11.30 dengan tempat di gedung Katholieke Jongenlingen Bond, Waterlooplein Noord, yang akan dibicarakan :
1.       Pembukaan oleh Ketua kongres, Soegondo Djojopoespito
2.       Menerima salam dari beberapa pembicaraan
3.       Dari hal persatuan dan kebangsaan Indonesia oleh Muhammad yamin
RAPAT KEDUA
Minggu pukul 08.00 bertempat di Oost Java Bioscoop, Koningsplein Noord (sekarang Medan Merdeka utara) depan Deca-Park. Yang akan dibicarakan ialah masalah pendidikan oleh Poernamawoelan, Sarmidi Mangoensarkoro, Djoko Sarwono, dan Ki Hadjar Dewantara.
RAPAT KETIGA
minggu mulai pukul 08.00 pagi bertempat di Gedung Indonesische Clubgebouw (sekarang Museum Sumpah pemuda), Jalan Kramat 106, yang akan dibicarakan:
1.       perkara Padvinderij oleh Ramelan, Comandant Sarekat Islam Afdeling Padvinderij
2.       Pergerakan Pemoeda Indonesia terhadap Pemuda Internasional oleh oleh Mr. Soenario
3.       Putusan dan penutupan kerapatan Gedung Indonesische Clubgebouw yang menjadi tempat rapat ketiga, pada rapat itu akan dibacakan hasil kongres pemuda kedua. Sebelum putusan kongres dibacakan, diperdengarkan lagu Indonesia ciptaan Wage Rudolf Soepratman.


Comments

Popular posts from this blog

Kunjungan Asik Ke Bromo

Hari Paling Berkesan Saat Studi Lapangan

TUGU PROKLAMASI