Waktu Kosong di Museum POLRI



WAKTU KOSONG DI MUSEUM POLRI JAKARTA
 Oleh: Akila Adjani, XI IPS 1

Hari Sabtu, Tanggal 3 Februari 2018 saya dan teman-teman saya pergi mengunjungi Museum POLRI (Kepolisian Negara Republik Indonesia) Jakarta yang terletak di Jl. Trunojoyo No.3, Selong, Kebayoran Baru, Kota Jakarta Selatan.  Pastinya semua orang mengenal istilah atau sosok “Polisi”.  Dengan seragam coklatnya itu Polisi memiliki tugas yang sangat penting di negara ini yaitu membantu rakyat sipil dan dalam menjaga ketertiban, keamanan selain itu ia juga berperan sebagai penegak hukum diseluruh wilayah negara. Dari tugas-tugas mereka, polisi bisa disebut sebagai figure pahlawan. Tetapi tidak banyak dari kita yang mengetahui sejarah atau awal mula terbentuknya Polisi di Republik Indonesia ini maka dari itu, Museum Polri adalah museum yang memperlihatkan perjalanan panjang Kepolisian Negara Republik Indonesia kepada masyarakat, di dalam tugasnya sebagai pelindung serta penjaga ketertiban di dalam masyarakat, dan juga sebagai kekuatan perang dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Museum Polri diresmikan pada tanggal 1 juli 2009 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yaitu saat hari ulang tahun POLRI. Pencetus ide didirikannya Museum POLRI Jakarta adalah Jendral Bambang Hendarso Danuri, saat ia menjabat sebagai Kepala Kepolisian RI periode 1 Oktober 2008 - 22 Oktober 2010.
Museum Polri berada di komplek Markas Besar alias Mabes Polri, saat menginjak halaman museum ini terdapat lambang Tribrata diatas nama museum yang bertulisan dengan warna emas dan juga tidak mungkin tidak terlihat, berdiri patung yang berukuran cukup besar, patung tersebut merupakan Soekanto Tjokrodiatmodjo, dia adalah kepala Polri yang pertama dan dianggap sebagai Bapak Kepolisian Indonesia yang meletakkan dasar kepolisian modern Indonesia. Ia menduduki jabatan itu cukup lama yaitu selama 14 tahun, dan masih belum tertandingi oleh siapapun yang menjadi Kapolri sesudahnya.
Di halaman museum terdapat beberapa alat transportasi yang digunakan POLRI yaitu panser yang sempat memperkuat divisi Brigade Mobil (Brimob) dan ikut menumpas pemberontakan oleh DI/TII di Jawa Barat serta pemberontakan G30S. Lalu yang cukup menarik perhatian adalah sebuah helikopter Bell 206 Jet Ranger buatan Amerika Serikat tahun 1975 yang pernah digunakan untuk kegiatan operasional patroli dan pengawalan udara. Di halaman samping terdapat Meriam Talamburang, peninggalan Belanda pada perang dunia kedua yang dihibahkan dari Gubernur Maluku pada Kapolda Maluku sebelum akhirnya berpindah tangan lagi ke Museum POLRI.
Museum ini tertata dan dikelola sangat baik dan rapih. Saat baru masuk ke dalam gedung musemum, terdapat Pataka dengan lambang POLRI, dengan patung polisi menggandeng anak perempuan berpunggungan dengan dua pria lainnya dan juga sebuah dinding besar yang dibuat seperti bendera negara kita. Di dinding bagian merah tercantum Tribrata dan Catur Prasetya. Tribrata sendiri adalah nilai dasar yang merupakan pedoman moral dan penuntun nurani bagi setiap anggota Polri serta dapat pula berlaku bagi pengemban fungsi kepolisian lainnya, Sedangkan Catur Prasetya adalah janji dari kepolisian yang diambil dari amanat Patih Gajah Mada yang merupakan 4 tekad yang ditunjukkan kepada pengawal/bhayangkara yang mengawal kerajaan Majapahit menuju kemenangan. Sedangkan di bagian putih tercantum daftar nama anggota polisi yang gugur dalam berbagai peristiwa di Nusantara serta Teks Pidato dari Presiden Pertama Indonesia Ir. Soekarno dalam Hari Proklamasi ke VI yang berjudul "Hukum & Moral". Selain itu juga ada sebuah mobil patroli yang digunakan polisi Indonesia untuk berpatroli. Di dalam juga terdapat  “Ruang Soekanto” yang memampangkan foto-foto beliau saat berkegiatan di kepolisian dan di Ruang Soekanto tersebut terdapat plakat kenang-kenangan dari berbagai institusi yang telah berkunjung ke sini.
Tidak kalah dengan Ruang Soekanto, disana kami juga melihat-lihat Ruangan Koleksi & Peristiwa dimana diruangan ini berisi berbagai macam foto-foto peristiwa yang berhubungan dengak kepolisian pada zaman kemerdekaan.yang ada di lantai dasar Museum POLRI Jakarta. Di tengah Ruang Koleksi & Peristiwa ini terdapat kendaraan-kendaraan ber-roda dua yang pernah dipakai oleh POLRI, mulai dari kereta angin (sepeda onthel), sepeda motor, sampai sepeda motor patroli polisi tandem yang lazim dipakai selama masa pendudukan Belanda dan selama masa revolusi kemerdekaan di akhir tahun 40-an.
Di di lantai satu museum terdapat koleksi yang sangat menarik perhatian saya yaitu koleksi persenjataan dan peralatan polisi (keperluan komunikasi dan penyidikan) yang mereka gunakan saat melaksanakan pekerjaan atau tugas mereka. Setiap senjata memiliki corak-corak yang memperlihatkan pada masa apa senjata senjata tersebut digunakan. Diantaranya Senjata Mesin Berat model HMG/ SG 43 buatan Uni Soviet keluaran 1946 yang digunakan Resimen II BriMob JaBar selama perang Papua pada 1963. Juga ada koleksi berupa Roket SPG 82 buatan Uni Soviet keluaran tahun 1946, Garand M1 buatan Amerika Serikat keluaran 1917, Senapan Lee Enfield buatan Inggris 1917, dan Senapan Mauser buatan Jerman antara 1920-1938. Koleksi pistol dan senjata laras pendek juga dipamerkan di lantai satu Museum POLRI Jakarta. Beberapa peralatan unik yang belum saya ketahui sebelum mengunjungi museum ini adalah alat alat yang digunakan polisi untuk investigasi yaitu lie detector/poligraf yaitu alat untuk mendeteksi kebohongan, Kamera Tersamar, Koper identifikasi sidik jari dan Kartu AK-23 (Kartu Sidik Jari), dan SIPE Elektronik yang terlihatnya seperti alat-alat yang kita gunakan sehari-hari ternyata adalah sebuah peralatan sadap yang bentuknya seperti kalkulator, pulpen dan korek gas. Selain alat-alat Investigasi juga ada berbagai macam Radio Jinjing, dan Alat Ketik. Salah satu koleksi menarik lainnya adalah sepeda kumbang Soekitman yang berdasarkan pada persitiwa mengharukan yang terjadi di 30 September 1965 malam, Soekitman mendengar suara tembakan dan bergegas mengayuh sepedanya mendekati sumber suara di kediaman Jenderal DI Panjaitan. Namun ia dihadang lalu dibawa ke Lubang Buaya, dan menjadi salah satu saksi pembunuhan sejumlah pemimpin TNI di sana.
Ruangan berikutnya adalah Ruangan Sejarah Polri disini kita bisa melihat perkembangan sejarah dari Kepolisian Republik Indonesia. Di ruangan ini terdapat berbagai macam foto perekembangan Polri, Diorama berdirinya Polri, juga berbagai macam senjata yang dulu digunakan Polri dalam bertugas. Oh iya di ruangan ini juga ada penjelasan mengenai terbentuknya kepolisian yang ternyata sudah terbentuk sejak zaman majapahit dengan nama Pasukan Bhayangkara. Pasukan Bhayangkara sendiri adalah pasukan yang terdiri dari prajurit-prajurit pilihan & dikepalai oleh Patih Gajah Mada.
Terdapat juga di museum ini ruangan yang disebut Ruangan Hall of Fame dimana ruangan ini terdapat foto para petinggi Polri dari awal pembentukkannya sampai sekarang. Di ruangan ini juga terdapat beberapa pakaian dinas & tongkat milik para petinggi polri tersebut.
Selain itu, di lantai 2 Museum POLRI Jakarta terbagi menjadi beberapa ruangan. Ruangan pertama adalah Ruang Kesatuan yang berisi mengenai bagian-bagian yang ada di dalam tubuh polri beserta kewajibannya. Di ruangan ini juga terdapat berbagai macam model kendaraan patroli laut & udara. Ruang Simbol Kepolisian berisi berbagai macam-macam atribut & hal-hal yang berhubungan dengan kepolisian seperti topi, tanda pangkat, Hymne Polri, lambang polri, lambang kepolisian daerah & beberapa contoh foto pakaian seragam yang dikenakan oleh polisi Indonesia. Ruang Kepahlawanan yaitu ruangan berisi berbagai macam hal-hal kepahlawanan dari kepolisian yang tidak diketahui oleh masyarakat luas & juga berbagai koleksi penting. Diantaranya seperti replika Monumen Gorom yang berada di Pulau Groom Desa Loka Kecamatan Geser Kabupaten Maluku Tengah & Koleksi peninggalan Yusuf Chusensaputra komandan batalyon 1130 Brimob pada saat Operasi Trikora. Ruang Penegakan Hukum yang berisi beragam kasus & pekerjaan yang dilakukan oleh polri mulai dari Pembunuhan, Kejahatan dunia maya, kejahatan Narkoba, Penculikkan, Pembalakkan Ilegal sampai pengamanan Event tertentu serta kasus-kasus terkenal yang menyita perhatian masyarakat. Diruangan ini juga ada peralatan pendeteksi uang & dokumen palsu serta Robot Pendeteksi Bom RAT G2N. Ruangan LABFOR (Laboratorium Forensik) & Identifikasi dimana ruangan ini berisi penjelasan & tata cara kepolisian melakukan identifikasi terhadap korban atau pelaku kejahatan baik pembunuhan, kecelakaan lalu-lintas maupun terorisme. Di ruangan ini terdapat replika mobil LABFOR, Laser photonica fingerfinder, Scan sidik jari, TKP kit untuk kasus pembunuhan, TKP Lalu-lintas & Beberapa contoh sketsa wajah Teroris. Dan juga tidak terlupakan disana terdapat Kid Corner yang fungsinya untuk menghibur anak-anak yang berkunjung ke Museum POLRI kegiatan para anak-anak di Kid Corner ini adalah menyusun balok permainan, memakai baju polisi dan mengendari motor atau mobil mainan, serta memecahkan misteri.
Di lantai 3 terdapat pertama, Ruangan Detasmen 88 yaitu detasmen khusus polri yang menangani penanggulangan terorisme. Ruang Audiovisual diperuntukkan untuk pengunjung yang datang dan ingin menonton film yang sudah disediakan di ruang tersebut adalah film sejarah perjuangan Polri, Dokumenter Dedikasi Untuk Masyarakat, Polisi Pariwisata CIlik, dan lain-lain. Ruangan terakhir adalah ruangan yang menjelaskan berbagai macam unit-unit yang ada dikepolisian beserta foto-fotonya dan polisi yang ada di aceh beserta nama-nama beberapa polisi yang menjadi korban Tsunami di aceh.
Demikian laporan saya mengenai pengalaman saya mengnjungi Museum POLRI (Kepolisian Negara Republik Indonesia). Kunjungan ini memberi manfaat bagi saya dan teman-teman saya, kami menjadi lebih mengharagi para polisi karena perjuangan dan tugas mereka tidaklah mudah. Selain itu museum ini juga sangat bagus, nyamjan sekali untuk dikunjungi karena terkelola dan terawat dengan baik sehingga pengunjung akan merasa nyaman di museum ini. 
Patung Bapak Kepolisian

Comments

Popular posts from this blog

Kunjungan Asik Ke Bromo

Hari Paling Berkesan Saat Studi Lapangan

TUGU PROKLAMASI