Jalan-jalan di Bromo
Oleh : Ibrahim
Ananda Survijanto
Kelas : XI IPS 1
Pada
tanggal 22 Januari 2018 hingga 27 Januari 2018, saya bersama teman-teman
Sekolah Menengah Atas (SMA) Labschool Kebayoran angkatan Heksadasa Darmantya
Brahwalaga yang disingkat Heksadraga melaksanakan studi lapangan ke daerah Jawa
Timur, tepatnya Kota Surabaya, Kota Batu, dan Gunung Bromo. Studi lapangan ini
bertujuan agar saya dan teman-teman angkatan Heksadasa Darmantya Brahwalaga
dapat menambah wawasan kami dengan berkunjung secara langsung ke lapangan.
Sejujurnya,
ini bukan pertama kali saya pergi ke Kota Surabaya, Kota Batu, dan Gunung Bromo.
Saya sangat sering ke Kota Surabaya yang dijuluki kota pahlawan ketika lebaran
tiba karena kakek saya berasal dari Surabaya. Saya juga sebelum studi lapangan
ini sudah 3 kali pergi berwisata di Kota Batu (dan Kota Malang yang jaraknya
dekat dengan Kota Batu). Pertama ketika usai lebaran di Kota Surabaya beberapa
tahun yang lalu. Kedua ketika melakukan touring Jakarta ke Gunung Bromo menggunakan
mobil bersama keluarga saya. Ketiga ketika melakukan touring Jakarta ke
Denpasar, Bali menggunakan mobil, juga bersama keluarga saya. Sementara itu,
saya juga telah mengunjungi Gunung Bromo 2 kali sebelum studi lapangan. Pertama
ketika touring dari Jakarta menggunakan mobil dengan tujuan akhir Gunung Bromo
bersama keluarga saya dan kedua ketika menemani keluarga paman saya melakukan
perjalanan darat pulang ke Denpasar, Bali setelah merayakan lebaran di
Surabaya.
Namun,
saya belum pernah pergi ke Armatim, Universitas Airlangga, dan pabrik Maspion
di Kota Surabaya, serta Museum Angkut dan SMA Selamat Pagi di Kota Batu. Selain itu, kedua kunjungan saya ke Gunung
Bromo pun dilakukan pada siang hari dan menjelang sore saya sudah turun kembali
ke Pasuruan. Oleh karena itu, saya masih sangat tertarik mengikuti kegiatan
studi lapangan ini.
Perjalanan
studi lapangan kami diawali dari Stasiun Gambir yang terletak di Jakarta Pusat.
Saya tiba di Stasiun Gambir pada sekitar pukul 17.00 sore bersama Adrian dan
Naufal. Hal tersebut dikarenakan rumah kami yang berdekatan sehingga saya dan
Naufal menumpang mobil Adrian. Setibanya di Stasiun Gambir, kami bertiga
langsung bertemu dengan banyak teman-teman yang lain. Kami pun langsung mencari wali kelas
masing-masing untuk mendapatkan tiket kereta. Pada sekitar pukul 21.00 malam,
kami seangkatan mulai memasuki kereta api yang akan membawa kami melintasi 4
provinsi (Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Jawa Tengah, dan
Provinsi Jawa Timur) dalam 1 malam. Kami berangkat menuju ke Surabaya, tepatnya
Stasiun Pasar Turi menggunakan Kereta Api Argo Bromo Anggrek. Ini adalah kali
pertama saya naik kereta ke Surabaya.
Keesokan
harinya, kami tiba di Stasiun Pasar Turi Surabaya walaupun kereta kami
mengalami sedikit keterlambatan dibanding jadwal. Kami seangkatan kemudian
langsung melanjutkan kegiatan ke Armatim dan pada malam harinya kami check in
di Hotel Oval Surabaya yang terletak di dekat Taman Bungkul.
Pada
hari kedua, kami langsung check out dari Hotel Oval dan mengunjungi Universitas
Airlangga serta pabrik Maspion. Setelah itu, kami langsung melanjutkan
perjalanan ke Balai Benih yang dekat dengan Kota Batu melalui Sidoarjo dan
Porong. Sayang sekali kami tidak turun untuk melihat lumpur panas Lapindo. Dari
Balai Benih, kami langsung pergi menuju Hotel Kusuma Agrowisata di Batu.
Setibanya disana, kami langsung check in dan beristirahat hingga malam hari.
Malam
harinya, kami memulai kegiatan yang menurut saya paling menarik, yaitu
mengunjungi dan mencari matahari terbit (sunrise) di Gunung Bromo. Kami
memasuki kendaraan Elf sesuai daftar yang telah diberikan. Elf tersebut akan
mengantar kami ke Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Sepanjang perjalanan
dari Batu hingga mendekati Taman Nasional Bromo Tengger Semeru saya tertidur.
Ketika sudah mendekati Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, saya terbangun
karena ruang kaki di Elf yang sangat sempit membuat saya tidak nyaman. Setelah
itu, saya iseng membuka aplikasi Google Maps karena jalanan yang kami lewati
terlihat seperti Jalan Raya Bromo yang pernah saya lewati saat dulu. Sontak
saya terkejut. Dari aplikasi Google Maps terlihat jelas bahwa benar, kami
memasuki Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dari Pasuruan melalui Jalan Raya
Bromo (sebelah utara Gunung Bromo). Awalnya saya mengira bahwa kami akan
memasuki Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dari sebelah barat Gunung Bromo.
Ketika
tiba di atas, saya dapat merasakan kaca Elf yang dingin. Saya pun langsung
bersiap menemui suhu yang rendah dengan menggunakan jaket. Setibanya di pintu
masuk Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, kami pun turun dan berpindah dari
kendaraan Elf ke kendaraan Toyota Land Cruiser FJ40 yang lebih terkenal dengan
nama Hardtop. Saat perpindahan kendaraan itulah saya bisa merasakan suhu yang
sangat dingin. Saya kemudian mencari Hardtop sesuai daftar yang telah diberikan
namun tidak ketemu karena gelapnya malam. Setelah itu, saya diperintahkan untuk
memasuki Hardtop manapun yang masih kosong. Saya pun naik Hartop bersama Ojan
dkk. Setelah itu, Hardtop pun dijalankan oleh sopirnya.
Kami
kemudian menuju Penanjakan untuk melihat matahari terbit (sunrise) namun
sayang, tidak ada yang dapat kami lihat karena ada kabut tebal hingga matahari
sudah naik. Setelah itu, Hardtop kami turun menuju ke Gunung Bromo dan parkir
lumayan jauh dari Gunung Bromo. Saya bersama Kay dan Arvy serta beberapa teman
lainnya yang sudah pernah ke Bromo atau malas berjalan jauh maupun naik kuda
memilih untuk tidak menaiki dan melihat kawah Gunung Bromo. Kami pun menikmati
minuman dan mie instan hangat yang dijual di warung setempat. Beberapa saat
kemudian, terlihat teman-teman yang naik ke kawah Bromo baru kembali dengan
menunggangi kuda yang disewa. Kabut pun mulai menghilang.
Dari
Bromo, kami lanjut ke Bukit Teletubbies. Disebut Bukit Teletubbies karena
penampilannya mirip seperti latar belakang di Teletubbies. Disini, saya
berfoto-foto dengan teman-teman saya karena sudah tidak ada kabut lagi.
Pemandangannya sangat indah. Setelah itu, kami pergi ke Pasir Berbisik dan
kembali berfoto-foto. Kemudian, kami diantar dengan Hardtop kembali ke tempat
Elf parkir.
Kami
pun memasuki Elf kembali (saya kembali tersiksa dengan ruang kaki yang
terbatas) untuk turun dari ketinggian +- 2.000 m diatas permukaan laut dan
melanjutkan perjalanan ke Rumah Makan Bromo Asri. Setelah makan, kami kembali
ke Kota Batu dan mengunjungi pusat oleh-oleh Brawijaya. Malamnya, kami
mengikuti malam keakraban Heksadasa Darmantya Brahwalaga yang berakhir pada
pukul 22.00 malam.
Keesokan
harinya, kami seangkatan mengunjungi SMA Selamat Pagi yang sangat unik. Pada
sorenya, kami mengunjungi Museum Angkut. Setelah dari Museum Angkut, kami makan
di sebuah restoran dekat Museum Angkut. Malam harinya, kami pergi ke Batu Night
Spektakuler (BNS) dan dapat bersenang-senang disana.
Pada
hari terakhir, kami mengemasi kembali barang-barang kami dan melakukan
perjalanan kembali ke Surabaya untuk naik pesawat dari Bandar Udara
Internasional Juanda. Dari Bandar Internasional Juanda, saya dan teman-teman
seangkatan saya kembali ke Jakarta dengan menaiki pesawat terbang Garuda
Indonesia tujuan Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta. Dengan begitu,
berakhirlah perjalanan studi lapangan saya bersama teman-teman saya yang
tergabung di angkatan Heksadasa Darmantya Brahwalaga (Heksadraga).
Kabut di Penanjakan |
Ketinggian dan suhu di Penanjakan pada pagi hari |
Di dekat Bukit Teletubbies |
Dekat Bromo |
Bersama Toyota FJ40 "Hardtop" |
Salah seorang teman saya sekembalinya dari kawah Bromo |
Comments
Post a Comment