THE JOURNEY TO MOUNT BROMO

Oleh Saras Shintya P./ 30 
Pada tanggal 22 Januari 2018 saya bersama angkatan Heksadraga melaksanakan kegiatan studi lapangan atau biasa kita sebut STULAP. Kegiatan ini berlangsung selama 6 hari. Studi Lapangan merupakan kegiatan SMA Labschool Kebayoran dalam meningkatkan minat siswa siswinya untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi dan juga melakukan studi banding terhadap sekolah lain yang berada di daerah tersebut. Salah satu hal yang mengesankan saya yaitu melakukan perjalanan ke Bromo.
Jujur saja pengalaman ke Bromo bersama angkatan Heksadraga merupakan pengalaman pertama saya. Perjalanan ini diawali oleh guru-guru membangunkan kami pada pukul 23.00 untuk bersiap-siap jadi bisa kita simpulkan ke Bromo membutuhkan waktu dua hari, Kita mempersiapkan diri memakai baju hangat karena kabarnya di Bromo cuacanya sampai minus. Saya memakai baju dua lapis dan jaket serta sarung tangan dan juga topi dan tidak lupa juga saya memakai kaos kaki panjang untuk menghangatkan badan. Pada pukul 23.20 kami semua sudah berkumpul di lobby Hotel Argowisata, makan pagi sudah disediakan oleh guru-guru di depan lobby. Sehabis saya mengambil makan pagi saya langsung menuju ke elf yang telah di tentukan. Perjalanan ke Bromo menggunakan 17 elf, satu elf terdiri 20 orang, dengan pendampingnya Pak Doni. Perjalanan menggunakan elf dari hotel lumayan memakan waktu lama, dan elf kami juga sempat menunggu elf yang mogok di belakang. Sehingga saya bisa menghabiskan makan pagi dan tidur di elf sebelum sampai ke tempat jeep-jeep berada. Setelah sampai ke lokasi saya dan teman-teman saya mencari jeep yang seharusnya kami tumpangi yaitu jeep nomor 20 namun sayangnya saya dan teman-teman saya tidak menemukan jeep tersebut. Akhirnya ada satu supir jeep yang meneriaki kami untuk langsung masuk kedalam mobil. Dan ternyata di dalam mobil tersebut sudah ada Freija dan juga Visco. Lalu saya dan teman-teman akhirnya ikut di dalam jeep tersebut. Lalu kita ternyata masih harus menunggu kurang lebih 20 menit. Akhirnya Freija dan Visco pindah karena jeep yang ditumpangi oleh anak-anak kelas mereka masih bisa menampung orang. Tidak lama kemudian teman saya yaitu Ami dan Nami harus menggunakan toilet. Mereka berdua minta ditemani oleh saya, ternyata pintu toiletnya tidak bisa ditutup dan berinisiatif untuk menjaga pintu toilet tersebut agar tidak terbuka. Beberapa saat kemudian satu persatu jeep mulai berjalan. Saya, Ami, dan Nami pun bergegas untuk kembali ke dalam jeep. Jeep saya berisikan empat orang yaitu Saya, Nami, Ami, dan Najlaa. Perjalanan dari tempat jeep menuju lokasi sunrise cukup curam dan licin, ditambah faktor cuaca yang tidak mendukung yaitu hujan yang lumayan deras lalu berhenti sementara. Ternyata kita berhenti di jalanan menuju ke tempat sunrise dan masih harus menanjak untuk sampai ke lokasi sunrise. Tiba-tiba hujan datang kembali dengan deras. Sayangnya saya lupa membawa jas hujan sehingga saya harus membeli jas hujan dipedagang asongan yang lewat. Saya memilih jas hujan berwarna biru, lalu saya, Ami, Nami, Najlaa bingung harus kemana, akhirnya tiba-tiba kita bertemu dengan Ibu Gege. Lalu Ibu Gege langsung memimpin kita berjalan untuk menuju ke tempat sunrise. Setelah beberapa lama jalan, kami melewati warung-warung dipinggiran karena pada saat itu udara sangat dingin dan cuaca gelap kami pun berpikir tidak mungkin kami dapat melihat sunrise dengan cuaca seperti ini. Akhirnya kami pun izin menunggu di warung sembari menunggu cuaca kembali cerah ke Ibu Gege. Lalu Ibu Gege pun mengijinkan kami. Di warung tersebut saya memesan mangkok mie instan dan juga teh hangat. Begitupun juga Najlaa, Ami, dan Nami. Beberapa lama kemudian Aqila, Akila, Raina, dan Gita ikut bergabung bersama kami. Lalu kami menghabiskan waktu kurang lebih 40 menit di warung tersebut. Setelah itu kami beranjak untuk balik ke jeep kami dan ternyata masih juga hujan deras. Saya dan teman-teman saya tetap menuju ke jeep walaupun masih hujan deras. Lalu diperjalanan kami bertemu dengan teman-teman yang lain dan kamipun bertanya ada apa di tempat sunrise tersebut. Ternyata mereka bilang di atas gelap karena mataharinya tertutup oleh kabut dan awan. Untung kami tidak jadi naik keatas.
Setelah kami mencari-cari jeep kami ternyata posisi jeepnya sudah berubah menjadi lebih jauh. Lalu kamipun segera masuk ke dalam jeep dengan keadaan basah kuyup. Sepertinya supir jeepnya kesal karena kami membasahi jok jeepnya. Dan dia juga memarahi Nami karena tidak menutup pintunya dengan kencang sehingga dia harus turun dan menutupi pintu mobil jeepnya. Lalu setelah menunggu giliran jeep kami turun, kamipun melanjutkan perjalanan ke Kawah Gunung Bromo. Kawah ini terkenal karena pemandangannya yang indah dan juga fotogenic sehingga kami menghabiskan banyak sekali waktu disini untuk berfoto-foto. Beberapa teman saya juga ada yang menunggangi kuda seperti Alvin, Rafi, Gibran. Mereka sangat asyik kejar-kejaran dengan kuda. Namun juga ada teman saya yang sangat takut dengan kuda yaitu Gijel. Sehingga dia harus lari-lari supaya jauh dari kuda-kuda tersebut. Lalu kami mengakhiri kegiatan di Kawah Bromo dengan foto angkatan Heksadraga. Keadaan Kawah Bromo pada saat itu juga sangat berangin dan kondisinya banyak sekali pasir sehingga kami semua memakai kacamata dan masker wajah. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan ke savanna yang dinamakan Bukit Teletabis. Bukit ini dinamakan dari sebuah film masa kecil dulu yaitu The Teletubbies yang di dalam film itu memang terdapat sebuah bukit. Namun sebelum sampai ke Bukit Teletabis kami melipir dulu di ilalang yang menurut kami berempat ilalang itu sangat bagus untuk tempat foto. Namun ternyata di depan kami juga ada jeep yang melipir, kami kira mereka juga ingin berfoto di ilalang tersebut ternyata salah satu penumpang di dalam jeep tersebut mual dan dia turun di ilalang saya, Nami, Ami, dan Najlaa kaget karena tiba-tiba ada yang muntah. Kita berfoto-foto selama kurang lebih 10 menit dan melanjutkan ke Bukit Teletabis. Di Bukit Telatabis terdapat tebing yang sangat tinggi hingga bagian dari tebing itu tertutup oleh awan dan di satu sisi yang lain baru ada bukit. Ternyata Setelah dari Bukit Teletabis kami bergerak menuju ke Pasir Berbisik. Tempat ini kurang lebih sama dengan Kawah Bromo. Saat di pasir berbisik saya, Najlaa, Ami, dan Nami tidak turun karena kami berempat memakan makan siang yang sudah disediakan di jeep. Setelah dari pasir berbisik kami menuju ke tempat awal yaitu parkiran jeep. Dan disana sudah terparkir dengan rapih elf-elf yang tadi mengantar kami kesini. Lalu setelah sampai kamipun langsung balik kedalam elf masing-masing.
Menurut saya perjalanan ke Bromo ini merupakan pengalaman yang tidak akan terlupakan, karena ini kali pertama saya ke Bromo dan juga bersama teman-teman yang akan selalu berkesan di ingatan saya. Selain itu, ini juga merupakan perjalanan yang menurut saya spiritual. Karena disini kita kembali ke alam dan juga mengagungkan kebesaran Tuhan YME. Dan menurunkan ego kita sebagai manusia karena manusia itu makhluk yang termasuk kecil dibandingkan dengan ciptaan-ciptaan Tuhan yang lain.


Comments

Popular posts from this blog

Peran Sayuti Melik dalam Perumusan Naskah

Kunjungan Asik Ke Bromo

Hari Paling Berkesan Saat Studi Lapangan