Kunjungan ke Museum Naskah Proklamasi
Oleh : Ibrahim Ananda Survijanto
Kelas : XI IPS 1
Pada
pagi hari di hari Minggu, saya bersama teman-teman saya mengunjungi Museum
Perumusan Naskah Proklamasi. Kami pergi kesana untuk mengambil data bagi tugas
pelajaran Sejarah Indonesia sekaligus berwisata. Saya sendiri sangat penasaran
mengenai pertemuan antara 3 pejuang kemerdekaan Indonesia, yaitu Soekarno yang
merupakan Presiden pertama Republik Indonesia, Hatta yang merupakan Wakil
Presiden pertama Republik Indonesia, serta Achmad Soebardjo yang merupakan
Menteri Luar Negeri pertama Republik Indonesia dengan Laksamana Muda Tadashi
Maeda. Sebelum berangkat, saya datang ke rumah teman saya terlebih dahulu. Pada
sekitar pukul 09.00 pagi, kami berangkat
bersama dari rumah teman saya di daerah Jalan Panglima Polim menuju Museum
Perumusan Naskah Proklamasi. Pertama, kami melewati daerah Senayan kemudian
berbelok ke Jalan Gatot Subroto. Setelah itu, kami melintasi daerah Kuningan ke
arah utara hingga tiba di daerah Menteng. Dengan mengikuti petunjuk peta
online, kami pun tiba di Museum Perumusan Naskah Proklamasi. Museum Perumusan
Naskah Proklamasi terletak di bilangan Menteng, Jakarta Pusat. Alamat
lengkapnya adalah di Jalan Imam Bonjol no.1
Menteng, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Ketika
saya dan teman-teman saya memasuki Museum Perumusan Naskah Proklamasi, kami
disambut dengan lahan parkir yang luas, sehingga memungkinkan banyak mobil
untuk parkir di dalamnya. Sebelum memasuki Museum Perumusan Naskah Proklamasi,
setiap orang pengunjung berkewarganegaraan Indonesia (WNI) termasuk saya dan
teman-teman saya diwajibkan membayar tiket masuk sebesar Rp2.000,00 (dua ribu
rupiah). Sementara itu, bagi pengunjung berkewarganegaraan asing (WNA),
diwajibkan membayar tiket masuk sebesar Rp10.000,00 (sepuluh ribu rupiah).
Setelah membayar dan mendapatkan tiket masuk, saya dan teman-teman saya pun
dapat memasuki Museum Perumusan Naskah Proklamasi. Ketika saya dan teman-teman
saya berkunjung, Museum Perumusan Naskah Proklamasi sedang dalam keadaan yang
tidak terlalu ramai. Hanya ada beberapa pengunjung lainnya dan berdasarkan
pengamatan saya, semuanya merupakan pengunjung berkewarganegaraan Indonesia
(WNI).
Bangunan
Museum Perumusan Naskah Proklamasi paling terkenal sebagai bangunan bekas rumah
dinas milik Laksamana Muda Tadashi Maeda, yang merupakan Laksamana Muda Jepang.
Bangunan tersebut didirikan pada sekitar tahun 1920. Ketika terjadi Perang
Pasifik, bangunan tersebut digunakan oleh Konsul Jenderal Britania Raya. Ketika
Jepang menduduki Indonesia, bangunan tersebut dialihkan fungsinya sebagai rumah
dinas bagi perwira militernya. Ketika Jepang telah menyerah kepada pihak
sekutu, bangunan ini menjadi saksi perumusan naskah proklamasi Indonesia.
Setelah Indonesia merdeka, tepatnya pada tanggal 24 November 1992 bangunan tersebut
diresmikan sebagai Museum Perumusan Naskah Proklamasi. yang di dalamnya
menggambarkan suasana dan kondisi ketika dirumuskannya naskah proklamasi
Indonesia.
Museum
Perumusan Naskah Proklamasi terdiri atas empat bagian, yaitu Ruang
Pra-Perumusan Naskah Proklamasi, Ruang
Perumusan Naskah Proklamasi, Ruang Pengesahan/Penandatanganan Naskah
Proklamasi, dan Ruang Pengetikan Teks Proklamasi. Ruang Pra-Perumusan Naskah
Proklamasi adalah ruang tamu yang juga digunakan sebagai kantor oleh Laksamana
Muda Tadashi Maeda. Ruang Perumusan Naskah Proklamasi adalah ruangan di mana Soekarno-Hatta
mengadakan rapat bersama di meja bundar dengan pengurus lain seperti Soediro dan
B.M Diah pada pukul 3 subuh serta membuat draft pertama naskah proklamasi
dengan judul “Proklamasi” yang ditulis dengan tangannya sendiri. Ruang Pengesahan/Penandatanganan
Naskah Proklamasi adalah ruang di mana Soekarno-Hatta menandatangani naskah
proklamasi dan memutuskan untuk membaca naskah proklamasi di halaman depan
rumahnya. Ruang Pengetikan Teks Proklamasi adalah ruang di mana Sayuti Melik
ditemani dengan B.M. Diah mengetikkan naskah proklamasi setelah melakukan
proses pengeditan secara bermusyawarah. Selain itu, di halaman belakang Museum
Perumusan Naskah Proklamasi bisa ditemukan sebuah bunker rahasia selebar 5
meter dengan panjang 3 meter dan tinggi sekitar 1,5 meter di mana dahulunya
Laksamana Maeda menyimpan barang-barang berharganya seperti dokumen penting
kenegaraan ketika Ia menjabat sebagai kepala penghubung Angkatan Laut dan Darat
Jepang. Perlu diketahui bahwa segala furnitur dan mebel yang berada di Museum
Perumusan Naskah Proklamasi bukan barang asli seperti pada saat masa
kemerdekaan, melainkan replika. Barang tersebut meliputi ruang rapat, piano,
rak loker, dan seperangkat meja dan kursi tamu. Hal ini disebabkan pada tahun
1945 isi rumah tersebut banyak yang dijarah termasuk bukti sejarahnya, tetapi
tata letaknya tetap dipertahankan Seperti
yang telah saya tulis di atas, saya sangat penasaran mengenai pertemuan antara
Soekarno, Hatta, dan Achmad Soebardjo dengan Laksamana Muda Tadashi Maeda. Maka
dari itu, saya akan membahas bagian pertama terlebih dahulu, yaitu Ruang
Pra-Perumusan Naskah Proklamasi.
Peristiwa
tersebut diawali oleh kembalinya Soekarno, Hatta, dan Achmad Soebardjo usai Peristiwa
Rengasdengklok. Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa "penculikan"
yang dilakukan oleh sejumlah pemuda antara lain Soekarni, Wikana, Aidit dan
Chaerul Saleh terhadap Soekarno (beserta Fatmawati dan Guntur yang baru berusia
9 bulan) dan Hatta ke Rengasdengklok, Karawang, untuk kemudian didesak agar mempercepat
proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Tujuan "penculikan" ini
adalah agar Soekarno dan Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Sementara itu, di
Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu Achmad Soebardjo
melakukan perundingan. Achmad Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia di Jakarta. Maka, diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar Achmad
Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka menjemput Soekarno dan Hatta kembali ke
Jakarta. Mr. Achmad Soebardjo berhasil meyakinkan para pemuda untuk tidak
terburu - buru memproklamasikan kemerdekaan.
Setelah
tiba di Jakarta, Soekarno dan Hatta hendak mengadakan pertemuan/rapat PPKI di
Hotel Des Indes. Namun, sayangnya Hotel Des Indes tidak dapat digunakan untuk pertemuan
setelah pukul 10 malam. Kemudian, Achmad Soebardjo mengajak mereka untuk pergi
ke rumah dinas Laksamana Muda Tadashi Maeda karena Laksamana Muda Tadashi Maeda
telah menyampaikan kepada Achmad Soebardjo (sebagai salah satu pekerja di
kantor Laksamana Maeda) bahwa ia menjamin keselamatan mereka selama berada di
rumahnya. Sesampainya di rumah dinas Laksamana Muda Tadashi Maeda, mereka
disambut secara langsung oleh Laksamana Muda Tadashi Maeda. Laksamana Muda
Tadashi Maeda kemudian memberitahukan pesan dari "Gunseikan"
(Pemerintah Militer Jepang) untuk segera bertemu dengannya. Kemudian, dengan
diantar oleh Laksamana Muda Tadashi Maeda dan Miyoshi Sunkichiro (Juru Bicara
Angkatan Darat Jepang), rombongan tokoh Indonesia berangkat ke
"Gunseikan" dan menemui Mayor Jenderal Nishimura Otoshi. Mayor
Jenderal Nishimura Otoshi kemudian menyampaikan kabar yang kurang sedap
golongan tua bahwa Jepang tidak dapat membantu upaya kemerdekaan Indonesia. Hal
tersebut dikarenakan sudah ada kesepakatan dengan pihak sekutu untuk
mempertahankan status quo dan itulah yang diperintahkan Tokyo kepada pasukan
Jepang di Indonesia (mempertahankan status quo). Sampailah Soekarno dan Hatta
pada kesimpulan bahwa tidak ada gunanya lagi membicarakan kemerdekaan Indonesia
dengan pihak Jepang. Akhirnya mereka hanya mengharapkan pihak Jepang tidak
menghalang-halangi pelaksanaan proklamasi yang akan dilaksanakan oleh rakyat
Indonesia sendiri. Para tokoh Indonesia bersama Laksamana Muda Tadashi Maeda kemudian
kembali ke rumah dinas Laksamana Muda Tadashi Maeda. Setelah tiba kembali di
rumah dinas Laksamana Muda Tadashi Maeda pada sekitar pukul 02.30 pagi,
Soekarno, Hatta, dan Achmad Soebardjo langsung menjelaskan kepada Laksamana
Muda Tadashi Maeda bahwa mereka akan memproklamasikan kemerdekaan Indonesia
pada saat itu juga. Laksamana Muda Tadashi Maeda tidak ikut campur dan kemudian
pamit mengundurkan diri ke kamarnya yang terletak di lantai atas untuk tidur.
Setelah
kejadian tersebut, dimulailah proses perumusan naskah proklamasi kemerdekaan
Indonesia. Seluruh proses perumusan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia
dilaksanakan di rumah dinas Laksamana Muda Tadashi Maeda.
Pada
pukul 02.00 - 04.00 dini hari, berlangsunglah perundingan antara golongan muda
dan golongan tua dalam penyusunan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia kemudian disusun oleh Ir. Soekarno,
Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Achmad Soebardjo. Ir. Soekarno yang menuliskan konsep
naskah proklamasi, sedangkan Drs. Moh. Hatta dan Mr Achmad Soebardjo
menyumbangkan pikiran secara lisan. Kalimat pertama dari naskah proklamasi
merupakan saran dari Mr. Achmad Soebardjo yang diambil dari rumusan BPUPKI.
Sedangkan kalimat terakhir merupakan sumbangan pikiran dari Drs. Moh. Hatta.
Hal itu disebabkan menurut beliau perlu adanya tambahan pernyataan pengalihan
kekuasaan (transfer of sovereignty).
Pada
pukul 04.30, konsep naskah proklamasi telah selesai disusun. Selanjutnya mereka
menuju ke serambi untuk menemui para hadirin yang menunggu. Ir. Soekarno
memulai membuka pertemuan dengan membacakan naskah proklamasi yang masih
merupakan konsep tersebut. Ir. Soekarno meminta kepada semua hadirin untuk
menandatangani naskah proklamasi selaku wakil-wakil bangsa Indonesia. Pendapat
itu diperkuat oleh Moh. Hatta dengan mengambil contoh naskah “Declaration of
Independence” dari Amerika Serikat. Usulan tersebut ditentang oleh tokoh-tokoh
pemuda karena mereka beranggapan bahwa sebagian tokoh tua yang hadir adalah
“budak-budak” Jepang. Selanjutnya Sukarni, salah satu tokoh golongan muda,
mengusulkan agar yang menandatangani naskah proklamasi cukup Soekarno dan Hatta
atas nama bangsa Indonesia.
Setelah
apa yang diusulkan oleh Sukarni disetujui,
barulah Soekarno meminta Sayuti Melik untuk mengetik ulang naskah
proklamasi yang ditulis tangan oleh Soekarno menggunakan mesin tik dengan
disertai perubahan-perubahan yang telah disepakati. Ada tiga perubahan yang
terdapat pada naskah ketikan Sajuti Melik, yaitu : kata “tempoh” diganti
“tempo”, sedangkan kata “wakil-wakil bangsa Indonesia” diganti dengan “Atas
nama bangsa Indonesia”. Perubahan juga dilakukan dalam cara menuliskan tanggal,
yaitu “Djakarta, 17-8-05” menjadi “Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen ‘05”.
Dengan
demikian, berakhirlah proses perumusan naskah proklamasi Indonesia. Berikut
adalah hasilnya :
PROKLAMASI
Kami bangsa Indonesia dengan ini
menjatakan Kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan
kekoeasaan d.l.l., diselengarakan dengan tjara seksama dan dalam tempoh jang
sesingkat-singkatnja
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen
‘05
Atas nama bangsa Indonesia,
Soekarno/Hatta
(tandatangan Sukarno)
(tandatangan Hatta)
Penulis di ruang tamu Laksamana Muda Tadashi Maeda
Ilustrasi dan penjelasan mengenai apa yang terjadi di ruang tamu
Laksamana Muda Tadashi Maeda
|
Comments
Post a Comment